Telah berpuluh-puluh bahkan beribu-ribu (mungkin -red) tutorial-tutorial tentang mixing audio/musik yang saya temui dan banyak pula yang telah beredar di dunia maya maupun dalam bentuk buku-buku pegangan, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang bersifat tehnis (mendetail dan rumit -red). Jika kita mencoba mempelajarinya satu per satu, maka hasilnya adalah suatu kebingungan yang luar biasa sebagaimana telah pernah saya alami. Akhirnya saya mencoba menghibur diri dengan berpatokan pada slogan "Mixing adalah sebuah seni" dan oleh karenanya, maka tidak ada satupun aturan tentang mixing yang bersifat "baku", semuanya itu tergantung kepada 'SI pe-mixing', dalam artian mau dibawa kemana hasil mixingannya tersebut, untuk konsumsi pribadi atau untuk memenuhi selera pasar ???? Jawabannya ada pada rumput yang bergoyang.
Memang pada hakekatnya tidak dapat dibantah, bahwa untuk melakukan mixing yang bagus hasilnya ada 11 (sebelas) komponen yang perlu diperhatikan, yaitu : lirik, performance, melody, struktur lagu, konsep, harmony, instrumentation (pemilihan instrument), kualitas peralatan, density dan rhythm yang kesemuanya digabung menjadi satu dalam suatu mixing audio/musik. Terus terang tulisan ini tidak akan membahas ke- 11 komponen tersebut satu per satu, dikarenakan ada yang lebih ahli dan berpengalaman dalam hal ini, tetapi tulisan ini hanya akan mem-fokuskan pada 'mixing audio/musik adalah sebuah karya seni' demikian David Gibson menulis dalam bukunya The Art of Mixing. Dan terus terang, penulis akui bahwa tulisan ini disarikan dari buku tersebut.
Dengan pemahaman sebagai yang telah saya uraikan di atas (mixing adalah sebuah seni), maka proses mixing audio/musik bukan lagi merupakan momok yang menakutkan bagi kita, bahkan kita bisa lebih enjoy dan dapat berkreasi saat melaksanakan proses mixing audio/musik tersebut. Banyak orang (para SE) telah mengetahui apa yang mereka inginkan, tetapi ada kalanya mereka tidak mengerti bagaimana cara mewujudkan apa yang mereka inginkan tersebut ketika berada di dalam sebuah studio.
Tulisan ini hanya ingin memberikan perspektif baru tentang bagaimana pola kerja berbagai instrument musik dapat bekerjasama dengan apik dalam suatu kreasi mixing audio/musik. Karena sering terjadi, seseorang bisa saja beranggapan bahwa mixing audio/musik miliknyalah yang terbaik, tetapi di lain pihak hasil mixing audio/musik tersebut dicemooh oleh orang lain. Pada dasarnya setiap grup band selalu menginginkan hasil mixing audio/musik yang terbaik sesuai dengan genre/jenis musik yang mereka bawakan. Ilustrasinya begini, tidaklah mungkin suatu grup band dengan genre Jazz bersedia menerima hasil mixing audio/musik yang dibangun/dikonsep seperti genre dangdut. Paham kan ??
Lebih detilnya, tulisan ini hanya akan membantu anda menciptakan suatu 'konsep' audio visual yang biasanya menjadi pedoman baku bagi para Sound Engineer kenamaan. Untuk lebih jelasnya silahkan anda perhatikan gambar visualisasi di bawah ini :
Gambar tersebut menjelaskan kepada kita, bahwasanya suara dari instrument bass gitar (bila kita letakkan di bagian depan) cenderung menutup atau menenggelamkan suara dari instrument lainnya, oleh karenanya suara bass gitar ini dalam proses mixing audio/musik perlu mendapat perhatian khusus, hendaknya suara bass gitar tersebut tidak terlalu keras dan seimbang dengan suara kick drum karena keduanya memiliki fungsi ritmis dalam suatu lagu atau komposisi musik.
Tiga konsep baku yang harus kita perhatikan saat melakukan mixing audio/musik adalah :
1. Mapping Volume (front or back instrument) atau bisa kita sebut dengan penataan suara instrument sesuai dengan sumbu 'Z'.
Dengan memperhatikan gambar tersebut sampailah kita pada suatu kesimpulan bahwa dalam suatu proses mixing audio/musik tidak harus semua instrument tampil di depan bersama-sama dengan sang vokalis, haruslah ada suatu instrument yang menjadi latar belakang (background) audio/musik dan biasanya dipergunakan jenis string atau pad-string, atau bisa juga dari jenis yang lain semacam organ dsb.
2. Panning Instrument (peletakan sebelah kiri atau kanan) atau bisa kita katakan penataan instrument sesuai dengan sumbu 'X'.
Dengan memperhatikan gambar tersebut di atas, sampailah kita pada suatu kesimpulan bahwasanya jangan sampai terjadi suara dari masing-masing instrument menumpuk jadi satu 'ditengah' sehingga suara sang vokalis jadi hilang lenyap atau tertutup suara musik pengiringnya. Karena pada dasarnya suara Vokal tersebut letaknya di tengah-depan.
3. Pitch as up and down (suara di atas atau di bawah), atau boleh kita sebut dengan penataan frekwensi audio sesuai dengan sumbu 'Y'.
Dengan memperhatikan gambar tersebut di atas, kita dapat ambil kesimpulan bahwa perlu juga kita perhatikan penempatan frekwensi-frekwensi audio sesuai dengan karakter masing-masing instrument. Instrument-instrument semacam bells, cymbals atau high-string biasanya terdengar lebih tinggi letaknya bila dibandingkan dengan instrument-instrument semacam bass gitar, kick-drum atau rap booms. Silahkan anda simak dengan mendengarkan sebuah lagu kesayangan anda sendiri, perhatikan bagian atas, tengah dan bawah dari sistem speaker monitor kita. Frekwensi-frekwensi tinggi akan terasa berada di atas dari frekwensi-frekwensi rendah. Hal ini sesuai dengan rancangan sebuah sistem 3 way speaker monitor, seperti gambar di bawah ini.
Tata letaknya adalah tweeter (untuk frekwensi atas) selalu terletak di bagian atas, dan woofer (frekwensi bawah/low) atau sub-woofer selalu dibagian paling bawah setelah midrange (frekwensi tengah).
Kembali kepada permasalahan konsep dasar melakukan mixing audio/musik, maka 3 (tiga) hal pokok tersebut di atas bila kita gabungkan menjadi satu akan menjadi konsep 3 (tiga) dimensi yaitu selaras dengan sumbu 'Z', sumbu 'X' maupun sumbu 'Y' sebagaimana diilustrasikan dalam gambar berikut ini.
Hasilnya, mixing audio/musik yang kita kerjakan akan memenuhi semua space yang disediakan oleh perangkat stereo dari sistem speaker-monitor kita, selanjutnya bisa dikatakan hasil mixing audio/musik dengan menerapkan konsep tersebut di atas adalah sempurna adanya. Dan jika kita visualisasikan akan sesuai dengan gambar di bawah ini.
Sekedar tambahan, tata letak frekwensi-frekwensi audio/musik bila kita perbandingkan dengan tubuh seorang manusia adalah seperti gambar di bawah ini.
Selanjutnya, akan muncul pertanyaan, "Dimanakah selayaknya kita menempatkan instrument-instrument musik dalam suatu mixing audio/musik yang baik ?", jawabannya 'relatif' tergantung kepada mixing-man nya. Gambar di bawah ini hanyalah sebuah saran perihal penempatan instrument-instrument musik dalam proses mixing audio/musik yang sedang kita kerjakan.
Sebagai akhir dari tulisan ini baiklah saya akan coba ajukan saran berupa beberapa konsep visualisasi mixing audio/musik dari beberapa genre musik.
Blues Mix
Rap Mix
Memang pada hakekatnya tidak dapat dibantah, bahwa untuk melakukan mixing yang bagus hasilnya ada 11 (sebelas) komponen yang perlu diperhatikan, yaitu : lirik, performance, melody, struktur lagu, konsep, harmony, instrumentation (pemilihan instrument), kualitas peralatan, density dan rhythm yang kesemuanya digabung menjadi satu dalam suatu mixing audio/musik. Terus terang tulisan ini tidak akan membahas ke- 11 komponen tersebut satu per satu, dikarenakan ada yang lebih ahli dan berpengalaman dalam hal ini, tetapi tulisan ini hanya akan mem-fokuskan pada 'mixing audio/musik adalah sebuah karya seni' demikian David Gibson menulis dalam bukunya The Art of Mixing. Dan terus terang, penulis akui bahwa tulisan ini disarikan dari buku tersebut.
Dengan pemahaman sebagai yang telah saya uraikan di atas (mixing adalah sebuah seni), maka proses mixing audio/musik bukan lagi merupakan momok yang menakutkan bagi kita, bahkan kita bisa lebih enjoy dan dapat berkreasi saat melaksanakan proses mixing audio/musik tersebut. Banyak orang (para SE) telah mengetahui apa yang mereka inginkan, tetapi ada kalanya mereka tidak mengerti bagaimana cara mewujudkan apa yang mereka inginkan tersebut ketika berada di dalam sebuah studio.
Tulisan ini hanya ingin memberikan perspektif baru tentang bagaimana pola kerja berbagai instrument musik dapat bekerjasama dengan apik dalam suatu kreasi mixing audio/musik. Karena sering terjadi, seseorang bisa saja beranggapan bahwa mixing audio/musik miliknyalah yang terbaik, tetapi di lain pihak hasil mixing audio/musik tersebut dicemooh oleh orang lain. Pada dasarnya setiap grup band selalu menginginkan hasil mixing audio/musik yang terbaik sesuai dengan genre/jenis musik yang mereka bawakan. Ilustrasinya begini, tidaklah mungkin suatu grup band dengan genre Jazz bersedia menerima hasil mixing audio/musik yang dibangun/dikonsep seperti genre dangdut. Paham kan ??
Lebih detilnya, tulisan ini hanya akan membantu anda menciptakan suatu 'konsep' audio visual yang biasanya menjadi pedoman baku bagi para Sound Engineer kenamaan. Untuk lebih jelasnya silahkan anda perhatikan gambar visualisasi di bawah ini :
Gambar tersebut menjelaskan kepada kita, bahwasanya suara dari instrument bass gitar (bila kita letakkan di bagian depan) cenderung menutup atau menenggelamkan suara dari instrument lainnya, oleh karenanya suara bass gitar ini dalam proses mixing audio/musik perlu mendapat perhatian khusus, hendaknya suara bass gitar tersebut tidak terlalu keras dan seimbang dengan suara kick drum karena keduanya memiliki fungsi ritmis dalam suatu lagu atau komposisi musik.
Tiga konsep baku yang harus kita perhatikan saat melakukan mixing audio/musik adalah :
1. Mapping Volume (front or back instrument) atau bisa kita sebut dengan penataan suara instrument sesuai dengan sumbu 'Z'.
Dengan memperhatikan gambar tersebut sampailah kita pada suatu kesimpulan bahwa dalam suatu proses mixing audio/musik tidak harus semua instrument tampil di depan bersama-sama dengan sang vokalis, haruslah ada suatu instrument yang menjadi latar belakang (background) audio/musik dan biasanya dipergunakan jenis string atau pad-string, atau bisa juga dari jenis yang lain semacam organ dsb.
2. Panning Instrument (peletakan sebelah kiri atau kanan) atau bisa kita katakan penataan instrument sesuai dengan sumbu 'X'.
Dengan memperhatikan gambar tersebut di atas, sampailah kita pada suatu kesimpulan bahwasanya jangan sampai terjadi suara dari masing-masing instrument menumpuk jadi satu 'ditengah' sehingga suara sang vokalis jadi hilang lenyap atau tertutup suara musik pengiringnya. Karena pada dasarnya suara Vokal tersebut letaknya di tengah-depan.
3. Pitch as up and down (suara di atas atau di bawah), atau boleh kita sebut dengan penataan frekwensi audio sesuai dengan sumbu 'Y'.
Dengan memperhatikan gambar tersebut di atas, kita dapat ambil kesimpulan bahwa perlu juga kita perhatikan penempatan frekwensi-frekwensi audio sesuai dengan karakter masing-masing instrument. Instrument-instrument semacam bells, cymbals atau high-string biasanya terdengar lebih tinggi letaknya bila dibandingkan dengan instrument-instrument semacam bass gitar, kick-drum atau rap booms. Silahkan anda simak dengan mendengarkan sebuah lagu kesayangan anda sendiri, perhatikan bagian atas, tengah dan bawah dari sistem speaker monitor kita. Frekwensi-frekwensi tinggi akan terasa berada di atas dari frekwensi-frekwensi rendah. Hal ini sesuai dengan rancangan sebuah sistem 3 way speaker monitor, seperti gambar di bawah ini.
Tata letaknya adalah tweeter (untuk frekwensi atas) selalu terletak di bagian atas, dan woofer (frekwensi bawah/low) atau sub-woofer selalu dibagian paling bawah setelah midrange (frekwensi tengah).
Kembali kepada permasalahan konsep dasar melakukan mixing audio/musik, maka 3 (tiga) hal pokok tersebut di atas bila kita gabungkan menjadi satu akan menjadi konsep 3 (tiga) dimensi yaitu selaras dengan sumbu 'Z', sumbu 'X' maupun sumbu 'Y' sebagaimana diilustrasikan dalam gambar berikut ini.
Hasilnya, mixing audio/musik yang kita kerjakan akan memenuhi semua space yang disediakan oleh perangkat stereo dari sistem speaker-monitor kita, selanjutnya bisa dikatakan hasil mixing audio/musik dengan menerapkan konsep tersebut di atas adalah sempurna adanya. Dan jika kita visualisasikan akan sesuai dengan gambar di bawah ini.
Sekedar tambahan, tata letak frekwensi-frekwensi audio/musik bila kita perbandingkan dengan tubuh seorang manusia adalah seperti gambar di bawah ini.
Selanjutnya, akan muncul pertanyaan, "Dimanakah selayaknya kita menempatkan instrument-instrument musik dalam suatu mixing audio/musik yang baik ?", jawabannya 'relatif' tergantung kepada mixing-man nya. Gambar di bawah ini hanyalah sebuah saran perihal penempatan instrument-instrument musik dalam proses mixing audio/musik yang sedang kita kerjakan.
Sebagai akhir dari tulisan ini baiklah saya akan coba ajukan saran berupa beberapa konsep visualisasi mixing audio/musik dari beberapa genre musik.
Blues Mix
Rap Mix
New Age Mix
Akustik Jazz Mix
Folk Music Mix
Big Band Mix
Light Orkestra Mix
Sekali lagi saya tegaskan, bahwa konsep-konsep visualisasi mixing audio/musik di atas bukanlah merupakan suatu aturan yang baku, tetapi minimal dapat dipergunakan sebagai bahan referensi agar mixing audio/musik yang kita kerjakan dapat berhasil maksimal atau mendekati sempurna.
Akustik Jazz Mix
Folk Music Mix
Big Band Mix
Light Orkestra Mix
Sekali lagi saya tegaskan, bahwa konsep-konsep visualisasi mixing audio/musik di atas bukanlah merupakan suatu aturan yang baku, tetapi minimal dapat dipergunakan sebagai bahan referensi agar mixing audio/musik yang kita kerjakan dapat berhasil maksimal atau mendekati sempurna.
7 komentar
jadi pengen mixing lagu nii,, thanks.,.,
Sangat profesional sekali penjelasan na....Thnks frnd.....
Wow.. informasi yang sangat bermanfaat. Terimakasih sudah berbagi...
Mantap, tp kalau boleh ditambah implementasi pada aplikasi nya bro ��
bermamfaat
ijin kopas om, nice post
Thanks Infonya ,Izin Copy Gambar sebagai Latihan ya gan
Silahkan meninggalkan komentar dengan bahasa yang relevan dan sopan.. # Don't Spamm ! #