Berbicara mengenai hal-hal yang mempengaruhi hasil (kualitas) rekaman, mixing ataupun mastering digital audio adalah sangat kompleks sifatnya, banyak faktor yang ikut berperan di dalam menetukan kualitas akhir dari rekaman digital audio. Mulai dari kualitas sound card, kabel (wiring), jacks penghubung (connector), instrument (alat musik) dan microphone, monitor-speaker, hingga sampai kepada akustik ruangan yang dipergunakan. Namun dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi tersebut, faktor utama dan menjadi penentu hasil (kualitas) rekaman digital audio adalah hal-hal yang berkaitan dengan masalah sound-card, sebagaimana terurai berikut ini :
Faktor pertama adalah kualitas komponen ADC/DAC (analog to digital converter/digital to analog converter)
Point paling penting yang menjadi penentu kualitas rekaman digital audio adalah berkaitan dengan kualitas dari ADC/DAC yang dimiliki oleh sound-card. Sebuah ADC/DAC dengan spesifikasi 24 bit 96 khz yang terintegrasi pada sebuah internal sound-card (dalam suatu unit pc-komputer) memiliki tingkat noise yang hampir sama dengan ADC/DAC sound-card dengan spesifikasi 16 bit 44.1 khz. Dengan demikian untuk dapat menghasilkan rekaman digital audio yang baik, paling tidak kita harus menggunakan sound-card dengan ADC/DAC yang terpisah (dalam artian tidak terintegrasi dengan mother-board dan biasa disebut dengan break out box) serta memiliki digital input kedalam sound card, minimal memiliki spesifikasi 24 bit/48 KHz. Sound-card yang demikian ini dapat berbentuk PCI atau USB sound-card.
Point paling penting yang menjadi penentu kualitas rekaman digital audio adalah berkaitan dengan kualitas dari ADC/DAC yang dimiliki oleh sound-card. Sebuah ADC/DAC dengan spesifikasi 24 bit 96 khz yang terintegrasi pada sebuah internal sound-card (dalam suatu unit pc-komputer) memiliki tingkat noise yang hampir sama dengan ADC/DAC sound-card dengan spesifikasi 16 bit 44.1 khz. Dengan demikian untuk dapat menghasilkan rekaman digital audio yang baik, paling tidak kita harus menggunakan sound-card dengan ADC/DAC yang terpisah (dalam artian tidak terintegrasi dengan mother-board dan biasa disebut dengan break out box) serta memiliki digital input kedalam sound card, minimal memiliki spesifikasi 24 bit/48 KHz. Sound-card yang demikian ini dapat berbentuk PCI atau USB sound-card.
Faktor yang kedua adalah konversi sampling rate
Tingkat akurasi dari hasil rekaman digital audio akan berkurang banyak jika kita terlalu sering melakukan konversi sampling rate ini. Sebagai contoh kasus : Kita merekam suara dengan sampling rate 48 kHz, kemudian mentransfernya ke software pengolah digital audio lainnya dengan menggunakan konversi sampling rate 96 kHz, lalu meng-edit dan memasukkan hasilnya kedalam CD audio dengan konversi sampling rate 44,1 kHz.
Setiap proses perubahan konversi tersebut akan membuat penambahan distorsi sehingga nantinya akan mengakibatkan timbulnya noise. Oleh karenanya sebaiknya jika kita telah menentukan bahwa output akhir akan memiliki sampling rate 44,1 kHz (sebagaimana yang umum digunakan dan bisa dimainkan untuk segala jenis player), maka sejak dari proses perekaman (recording), editing, cutting, mixing hingga proses mastering, hendaknya menggunakan sampling rate yang sama, yaitu 44,1 kHz.
Faktor penentu yang ketiga adalah spesifikasi bit-depth yang lebih berpengaruh dari pada sampling rate di atas.
Pada saat merekam (recording) digital audio, spesifikasi bit depth yang dimiliki oleh ADC sangat menentukan dynamic range dari audio (suara) yang dapat kita rekam, sementara spesifikasi sampling rate ADC tersebut di atas pada dasarnya hanya menentukan batas frekuensi maksimum dari suara atau audio yang dapat terekam.
Dengan pola pemikiran seperti tersebut di atas, maka spesifikasi bit depth sebuah ADC akan lebih berpengaruh pada kualitas rekaman bila dibandingkan dengan kualitas sampling rate-nya. Mengapa demikian? Hal ini berkaitan dengan batas ambang pendengaran manusia yang tidak sanggup mendengar suara dengan frekuensi dibawah 20 Hz dan atau diatas 20 KHz, namun masih sanggup mendengar suara yang memiliki dynamic range hingga 130 dB.
Digital audio dengan resolusi 16 bit depth memiliki dynamic range 90 dB, sementara ADC dengan 24 bit depth memiliki dynamic range berkisar antara 109-120 dB (masih dalam batas pendengaran manusia). Oleh karenanya dalam memilih sebuah sound-card hendaknya kita mencari yang memiliki spesifikasi minimal 24 bit depth agar dapat memperoleh kisaran dynamic range yang cukup baik.
Disisi lain, ADC dengan sampling rate 44,1 kHz telah mampu merekam suara (audio) dengan frekuensi maksimum 22 kHz, dalam artian telah melebihi batas ambang pendengaran manusia. Selanjutnya ADC dengan sampling rate 48 kHz mampu merekam frekuensi sampai dengan 24 kHz dan ADC 96 kHz merekam frekuensi maksimum 48 kHz (yang merupakan frekuensi-frekuensi yang sebenarnya tidak dapat terdengar lagi oleh telinga manusia). Oleh karenanya, maka sebaiknya dalam menentukan pemakaian sound-card, cukuplah bagi kita memilih sound-card yang memiliki spesifikasi maksimal 24 bit/48 KHz.
Sayapun pernah mengalami hal seperti yang terurai di atas, bahwa saat pertama belajar musik-digital ini saya mempergunakan sound-card (sound-blaster) dengan spesifikasi 16 bit/44,1 KHz, dan ketika hasilnya saya bandingkan dengan produksi teman saya, tampak perbedaan yang sangat menonjol dalam hal kejernihan suara yang terdengar. Oleh karenanya saat ini saya mempergunakan sound-card yang memiliki spesifikasi 24 bit/48 KHz. Dan hasilnya, luar biasa.
8 komentar
minta pencerahan gan, saya telah merekam menggunakan soundblaster x-fi exstreme audio, dan menggunakan mixer rakitan inginnya sebagai ganti premp namun hasilnya terdengar bunyi kretek kretek seperti radio yang diputar saat banyak kilat , mohon solusi
Maaf baru bisa memberi balasan, begini mas bro, Sound blaster x-fi tersebut banyak macamnya, mulai dari yang Elite-pro, Fatality FPS, Platinum dan Xtreme musik. Namun Sound blaster ini sepertinya bukan sound-card standar yang banyak dipergunakan di dunia recording. Tetapi menurut saya its okay ...., kita coba cari solusinya bersama-sama yah ..... ?
Pertama, cari sound-card (sound-blaster) dengan spesifikasi minimal 16 bit/44,1 KHz, dengan signal-to-noise ratio : 109 db. Perlu dipahami juga bahwa sound-blaster ini tidak kompatible dengan Condenser Microphone (yang butuh suplay 48 volt). Namun hal ini dapat diakali dengan cara mempergunakan mixer yang memiliki line khusus untuk Condenser Microphone.
Kedua, saat recording, sebaiknya gunakanlah mixer yang telah benar-benar stabil suplay daya atau catu dayanya, sehingga tidak terjadi efek bromming (minimal gunakan Behringer Xenyx 802). Setting volumenya tidak perlu terlalu keras, yang penting hasil recordingnya bisa jernih atau bening (kencling klo kata orang jawa).
Ketiga, setelah semua proses recording (rekaman) telah selesai, kemudian lakukan proses mixing terlebih dahulu, setting hasil akhirnya menjadi -6 db.
Keempat, setelah semua proses mixing telah selesai, lakukan proses mastering untuk membuat sebiah lagu atau hasil rekaman kita bisa lebih loud atau lebih keras namun tetap tidak melebihi 0 db agar suaranya tidak pecah.
Kesimpulannya, upayakan hasil yang jernih saat recording (tracking), bunyi atau suara kretek-kretek yang keluar dari hasil rekaman anda tersebut, langsung bisa saya tebak hal itu disebabkan karena catu daya (suplay voltage) dari mixer (rakitan) anda kurang bagus, artinya arus DC nya kurang rata atau kurang terfilter.
Solusi awalnya, cobalah anda recording dengan TANPA menggunakan mixer, hasil suaranya (rekaman) kecil gak apa-apa, ntar bisa diangkat saat proses mastering.
Salam.
terima kasih banyak guru atas masukannya, saya akan coba lagi, sedikit lagi ,,, dalam mastering saya ingin mencoba metode (modifikasi harr ball)yang anda posting di blog ini namun saya cari plugin2 tersebut sulit mendapatkannya bila ada perkenannya saya ingin mendapatkannya dari guru ataui link donlodnya (miftahkho@yahoo.co.id)
wassalam
Maksud anda plug-in yang mana saja ? Tolong anda perjelas, biar oe kagak salah kirim mas brouw ....
Untuk Miftahkho : Sabar sebentar ya mas bro, ntar pasti tak kirimin, tapi sekarang aku konsentrasi dengan blog sebentar ya .....
cukup keren.
mas mau tanya ini. sy memang baru saja memulai sebuah kegiatan merekam atau ya itu dia mas,?? ^_^ rasa penasaran dan ingin tau sy begitu tinggi, sy mencoba membuat recording tp hasilnya.. setiap recording selalu ada suara nnnnnnngg...nnnnggg. ndengung.. tp tidak terlalu kelihatan saat recording bunyi.. misal (hasil recording) sy recording suara gitar. nah pas wkt gitar belum bunyi ada suara nnnnng ...?? knp ya,, padahal saat sebelum recording di ruangan sy benar2 hening.. tp kenapa setiah recording hasilnya..ada suara itu ya mas?? dan ini sudah sy coba berexperimen tanpa soun card lah dan cuma rekam biasa lah ..dll hampir sy lakukan.. hasilnya tidak beda jauh,, tetep ada suara nnnggg .... mohon bantuanya mas mungkin bisa di jelaskan kenapa bisa seperti begitu? .. terimakasih ^_^ (y)
kita juga punya nih jurnal mengenai Digital Audio silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/4188/1/Dokumen%20Presentasi.pdf
mas mau tanya,
sebelumnya saya recording pake SC onboard, seperti yg kita ketahui hasilnya gk memuaskan, oleh karena itu settingan saya coba mentokin 96000 HZ
akhirnya saya beli SC behringer xenyx 302 usb, tapi max nya hanya 16bit/48000 Hz.
jadi project lama saya tidak bsa di teruskan, kira2 ada solusinya gk gan?
pake audition CS6
Silahkan meninggalkan komentar dengan bahasa yang relevan dan sopan.. # Don't Spamm ! #