
Di Indonesia lebih parah lagi keadaannya, kaum 'pembajak' ini sepertinya malah mendapatkan 'tempat tersendiri' di hati masyarakat kita. Lebih ironis lagi kaum 'pembajak' ini malah diperlakukan bak seorang "DEWA".
Telah banyak upaya yang dilakukan dalam rangka menekan praktek-praktek 'pembajakan' di dunia musik negeri ini. Salah satunya adalah dengan metode RBT (potongan lagu sekitar 30 detik sebagai nada tunggu HP). Langkah ini oleh sebagian kalangan dianggap sebagai 'malaikat penyelamat' dari ancaman 'iblis pembajakan'. Tetapi 'langkah RBT' ini sepertinya kurang memuaskan (karena hanya bisa didengarkan oleh si penelepon saja, sedang si pemilik HP ...... gigit jari donk), oleh karenanya ditempuh cara-cara baru yang salah satunya berbentuk FTDM (Full Track Digital Music). Pertanyaan yang timbul adalah "Mahluk angkasa apa lagi ini ?".

Perbedaan yang mencolok antara RBT dengan FTDM ini terletak pada 'sang penyedia' layanan, kalau pada RBT cenderung closed-environment atau dimonopoli oleh 'si pemilik jaringan telepon', sedangkan untuk FTDM bersifat lebih terbuka dan banyak memiliki alternatif pengembangan, mulai dari Compact Disk (cakram-digital) hingga portal. Dalam penyedia layanan, FTDM bisa ditawarkan oleh 'portal-musik' atau langsung 'operator'. Namun sayangnya, konten FTDM ini memerlukan dukungan jaringan data yang ekstensive pada saat mengunduh satu lagu/instrument.
Dalam kacamata industri kreatif, FTDM ini bisa berarti sebagai 'malaikat-penyelamat' yang kedua setelah RBT serta dapat pula menjadi 'jembatan-emas' untuk urusan distribusi lagu/musik. Bagi sang-operator FTDM ini menjadi 'mesin-uang' yang handal, terbukti Bakrie Telekom telah mengembangkan FTDM ini melalui Esia Music Box (EMB). Sasaran konten FTDM ini tetap sama, tidak lain dan tidak bukan adalah para pemilik telepon genggam (HP).
Menurut Krish Pribadi (salah satu pembesar Telkomsel), bisnis konten musik digital diprediksi bakal meraup keuntungan yang tidak sedikit. Pertumbuhan industri konten-pun diprediksi bakal tumbuh pesat mencapai angka 30 - 35 prosen. Sebagai bahan perbandingan, di tahun 2009 saja industri konten musik ini telah mampu meningkatkan keuntungannya dari 2 trilliun menjadi 2,5 trilliun rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa konten yang berbau musik (musik-digital) masih menjadi primadona (bagi para pengguna ponsel/HP) bila dibandingkan dengan konten-konten kamera-digital.
7 komentar
Mudah-mudahan 'dewa' pembajaknya dapat diberantas .... he .. he ..
Bravo digital musik, hancurkan kaum pembajak ....
www.musikdigital67.blogspot.com
kunjungan balik bro. oya, saya sudah jawab pertanyaan tentang optimized and indexed. nice blog, saya juga pecinta music nih, seneng juga dengan sound engineering. kapan2 ngobrol yo. blognya kok berat ya bro.
salam
http://buka-rahasia.blogspot.com
mana artikel barunya gan ?
Tolak Pembajakan donk...
salam kenal
Coba klo seandainya ajh CD hasil recording di buat sprti system software windows'7 (seven)original..' cara memegang kepingnya ajh hrz bnr hati2 (bagian tengahnya gak blh kesentuh tangan) sekali ajh kesentuh,Data gak akan bsa terbaca lg..'mgkn bsa mngurangi pembajakan..' tp ttp ajh,cz dr House Productionya sndri jg mngupload file mreka pd file hosting (youtube misalnya. So.. dg gampang para pmbajak mngambil file itu lalu mencopy'nya sebanyak mgkn..' Trz klo udh bgitu capa dunx yg patut d salahin..???'
Yg pzti bkn aq duunnxx ych..??' hihihihiiiiii... Jd Ngelantuurr..' :D Nice blog dch.. kereeenn.. ^_^
mudah2an dengan adanya teknologi ini, dapat memberantas pembajakan musik di Indonesia :)
Silahkan meninggalkan komentar dengan bahasa yang relevan dan sopan.. # Don't Spamm ! #