BERANTAS PEMBAJAKAN DENGAN FTDM dan DNA

Dunia 'industri rekaman' tidak pernah bisa dipisahkan dari dunia 'bajak-membajak', yah itulah permasalahan klasik yang selalu dihadapi (mungkin sejak tumbuh dan berkembangnya industri rekaman) hingga saat ini. Kalau kita mau jujur, sebenarnya praktek pembajakan ini tidak saja terjadi di dunia industri rekaman saja, di dunia keartisan/musisi sekalipun 'kaum pembajak' ini malah menjadi terkenal dan menjadi kaya-raya bahkan telah jadi pemimpin sebuah 'manajemen-artis'. Kenapa ini semua bisa terjadi ? Nah ..., inilah pertanyaan 'kuno'. Sejak manusia pertama menjejakkan kaki di bumi, dunia pembajakan ini telah ada (rasanya bukan kapasitas saya untuk membahas hal ini). 
Di Indonesia lebih parah lagi keadaannya, kaum 'pembajak' ini sepertinya malah mendapatkan 'tempat tersendiri' di hati masyarakat kita. Lebih ironis lagi kaum 'pembajak' ini malah diperlakukan bak seorang "DEWA".
Telah banyak upaya yang dilakukan dalam rangka menekan  praktek-praktek 'pembajakan' di dunia musik negeri ini. Salah satunya adalah dengan metode RBT (potongan lagu sekitar 30 detik sebagai nada tunggu HP). Langkah ini oleh sebagian kalangan dianggap sebagai 'malaikat penyelamat' dari ancaman 'iblis pembajakan'. Tetapi 'langkah RBT' ini sepertinya kurang memuaskan (karena hanya bisa didengarkan oleh si penelepon saja, sedang si pemilik HP ...... gigit jari donk), oleh karenanya ditempuh cara-cara  baru yang salah satunya berbentuk FTDM (Full Track Digital Music). Pertanyaan yang timbul adalah "Mahluk angkasa apa lagi ini ?".
FTDM (Full Track Digital Musik) pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan RBT (Ring Back Tone), perbedaannya adalah terletak pada 'siapa yang menikmati'. Kalau pada RBT yang menikmati adalah 'si penelepon HP' (dalam waktu yang cukup singkat, sekitar 30 detik), maka pada FTDM yang menikmati adalah 'si pemilik HP' (tentunya dalam waktu yang cukup lama, tergantung dari lamanya/durasi lagu itu sendiri). 

Perbedaan yang mencolok antara RBT dengan FTDM ini terletak pada 'sang penyedia' layanan, kalau pada RBT cenderung closed-environment atau dimonopoli oleh 'si pemilik jaringan telepon', sedangkan untuk FTDM bersifat lebih terbuka dan banyak memiliki alternatif pengembangan, mulai dari Compact Disk  (cakram-digital) hingga portal. Dalam penyedia layanan, FTDM bisa ditawarkan oleh 'portal-musik' atau langsung 'operator'. Namun sayangnya, konten FTDM ini memerlukan dukungan jaringan data yang ekstensive pada saat mengunduh satu lagu/instrument.

Dalam kacamata industri kreatif, FTDM ini bisa berarti sebagai 'malaikat-penyelamat' yang kedua setelah RBT serta dapat pula menjadi 'jembatan-emas' untuk urusan distribusi lagu/musik. Bagi sang-operator FTDM ini menjadi 'mesin-uang' yang handal, terbukti Bakrie Telekom telah mengembangkan FTDM ini melalui Esia Music Box (EMB). Sasaran konten FTDM ini tetap sama, tidak lain dan tidak bukan adalah para pemilik telepon genggam (HP).

Menurut Krish Pribadi (salah satu pembesar Telkomsel), bisnis konten musik digital diprediksi bakal meraup keuntungan yang tidak sedikit. Pertumbuhan industri konten-pun diprediksi bakal tumbuh pesat mencapai angka 30 - 35 prosen. Sebagai bahan perbandingan, di tahun 2009 saja industri konten musik ini telah mampu meningkatkan keuntungannya dari 2 trilliun menjadi 2,5 trilliun rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa konten yang berbau musik (musik-digital) masih menjadi primadona (bagi para pengguna ponsel/HP) bila dibandingkan dengan konten-konten kamera-digital.

Satu alternatif lain yang dapat juga menjadi 'juru-selamat' dari pembajakan, yaitu format musik DNA yang ditemukan dan dikembangkan oleh seorang Dagfinn Bach yang berbasis pada tehnologi MPEG-7. Format musik DNA ini selain mengandung unsur musiknya sendiri, juga menyertakan lirik lagu, video, artwork dan postingan dari blog yang secara rutin akan terus di up-date sesuai dengan masuknya postingan baru di World Wide Web. Sepertinya format musik DNA ini membawa titik cerah bagi pemusik maupun si pencipta lagu, dan tentunya studio-rekaman maupun produsernya tetap akan menikmati keuntungan. Tetapi hingga saat ini dengung format musik DNA belum juga menggelegar. Kita tunggu saja perkembangannya.

BERANTAS PEMBAJAKAN DENGAN FTDM dan DNA
Item Reviewed: BERANTAS PEMBAJAKAN DENGAN FTDM dan DNA 9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.

Mudah-mudahan 'dewa' pembajaknya dapat diberantas .... he .. he ..

Bravo digital musik, hancurkan kaum pembajak ....

www.musikdigital67.blogspot.com

kunjungan balik bro. oya, saya sudah jawab pertanyaan tentang optimized and indexed. nice blog, saya juga pecinta music nih, seneng juga dengan sound engineering. kapan2 ngobrol yo. blognya kok berat ya bro.

salam
http://buka-rahasia.blogspot.com

mana artikel barunya gan ?

Tolak Pembajakan donk...
salam kenal

Coba klo seandainya ajh CD hasil recording di buat sprti system software windows'7 (seven)original..' cara memegang kepingnya ajh hrz bnr hati2 (bagian tengahnya gak blh kesentuh tangan) sekali ajh kesentuh,Data gak akan bsa terbaca lg..'mgkn bsa mngurangi pembajakan..' tp ttp ajh,cz dr House Productionya sndri jg mngupload file mreka pd file hosting (youtube misalnya. So.. dg gampang para pmbajak mngambil file itu lalu mencopy'nya sebanyak mgkn..' Trz klo udh bgitu capa dunx yg patut d salahin..???'
Yg pzti bkn aq duunnxx ych..??' hihihihiiiiii... Jd Ngelantuurr..' :D Nice blog dch.. kereeenn.. ^_^

mudah2an dengan adanya teknologi ini, dapat memberantas pembajakan musik di Indonesia :)

Emoticon? nyengir

Silahkan meninggalkan komentar dengan bahasa yang relevan dan sopan.. # Don't Spamm ! #

Komentar Terbaru

Just load it!